My Life is Dream : BAB XI ( Menjadi Detektif Bagian 1 )

Posted By Dewa Wijaya on Sunday, March 3, 2013 | 9:14 PM


Cerita Sebelumnya:
"Gawat apanya,........katakan dengan jelas.....!" kataku.

"Dian........Menghilang!" teriak Gus De.

"Apa katamu? Dian Menghilang?!" Tak dapat kupungkiri, aku mendengar kabar buruk itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~***~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Sudah berapa lama dia menghilang……..?” rasa panik mulai terasa dalam diriku.

“Kurasa belum lama………HP nya enggak aktif!” jawab Gus De.

“Apa kau sudah memberi tau kabar ini kepada yang lainnya? Tanyaku.

“Yang tau hanya CCP Band…..!” sahut Gus De.

“Baiklah………aku akan segera beritahu yang lainnya!........kau teruslah mencarinya!” kataku.

“Baiklah………….aku akan mengabarimu segera!” Jawabnya.

Saat kumenutup telponnya, tiba-tiba seseorang menepuk punggungku. Dengan reflek aku kaget dan tak dapat menahan teriakan.

“Diah………kau benar-benar mengagetkanku…..!” kataku, saat membalikan wajahku menatap wajah Diah dengan nafas ngos-ngosan.

“Hahaha…………bagaimana kau tertarik untuk membeli?” Tanya Diah.

“Diah, aku akan kembali nanti. Saat ini keadaan begitu gawat!” kataku dengan mengambil sikap ancang-ancang untuk pergi.

“Baiklah………..sampai jumpa!” jawab Diah dengan ramah.

~~~On The Street~~~

Diperjalanan menuju rumah Putri, aku tak dapat memikirkan hal lain selain Dian. Aku selalu berpikir apa yang dipikirkan Dian sehingga dia nekat menghilang di malam yang gelap ini. Suasana jalan tampak ramai dan tak memungkinkanku untuk ngebut. Kalau saja, baterai HP ku tidak lowbatt, pasti sudah kutelpon Putri sejak tadi. Terlintas dalam benakku, untuk singgah di wartel. Setelah mengendarai sepeda motor beberapa kilometer, akhirnya aku sampai di wartel yang berdekatan dengan halte bus dan taman kota.

Aku perlahan turun dan memarkirkan sepeda motorku. Berjalan menuju sebuah wartel yang unik dan modern. Aku pun masuk melewati pintu kaca dan bergegas mengoperasikan telpon. Saat aku memberi kabar mengejutkan ini kepada Putri, dia tak bisa menahan kekagetannya. Aku pun memintanya untuk memberitau kabar ini kepada Echik dan yang lainnya. Itulah permintaan terakhir yang aku ucapkan sebelum aku menutup telponnya dan kembali menuju rumah.

Perlahan aku melangkah menuju sepeda motor, sambil menyaksikan keindahan gemerlapan lampu dan air mancur pada patung maskot Kabupaten Badung di taman kota Mangupura. Atraksi air mancur yang begitu indah membuat mata tak dapat berkedip sedikitpun. Aku pun memutuskan menunda perjalananku untuk beristirahat sejenak.

Malam itu, aku duduk di kursi taman. Memikirkan sebuah kehidupan yang sedang aku jalani. Dan, menjalani sebuah mimpi yang hendak aku capai. Kelak, apa yang bisa kulakukan setelah hari itu akan tiba. Disaat, semua itu hanya sebuah mimpi yang terbenam di ufuk barat dan kehidupan baru yang terbit di ufuk timur.

Aku beranjak dari kursi taman, berjalan melewati rerumputan dan menyusuri trotoar. Dengan pikiran yang penuh dengan kebingungan, aku terus berjalan tiada henti hingga aku sampai di sebuah halte bus. Saat itu, mataku tampak lelah dan mengantuk. Tanpa sengaja aku meperhatikan seorang wanita yang sedang duduk termenung di depan halte.

Aku pun menghampiri orang itu. Semakin dekat, serasa aku pernah mengenal orang itu. Apa aku yang terlalu berhalusinasi atau apa, serasa orang itu mirip dengan Dian. Kuusap mataku, dan tak salah lagi kalau orang itu adalah Dian. Dengan halus, aku duduk disampingnya, tanpa mengeluarkan suara apapun. Aku berusaha bertanya kepadanya, seolah-olah aku tak tau kalau dia memang melarikan diri.

“Sedang apa disini……..?” tanyaku.

“Kau tak perlu tau………!” kata Dian, tanpa menatap wajahku.

“Kenapa kau membawa koper ini……….?” tanyaku

“Ming, kau tak perlu berpura-pura lagi……..kau pasti sudah tau kalau aku mau pergi dari sini! Kalau tidak, untuk apa aku membawa koper!” jawab Dian dengan dingin.

“Kenapa kau melakukan ini……..?” tanyaku dengan sedih.

“Apa harus aku mengatakan ini……..?” Dian balik bertanya.

“Entahlah………..tapi, setiap orang pasti ingin tau sebuah alasan yang logis!” jawabku.

“Hidup memang banyak pilihan, tapi aku tak dapat melakukan satupun dengan benar!” kata Dian.

“Maksudmu apa…………….?” Tanyaku.

“Sudahlah………………….aku tak perlu menlanjutkannya lagi!” Dian tetap menunduk.

“Sesungguhnya aku juga menyembunyikan sesuatu dari kalian,………..saat kematian adik tiriku!” kataku dengan lembut.

“Tak perlu kau cerita, aku tak ingin mendengarnya! Dian tetap bersikeras menyambarku dengan perkataan yang berbeda dari biasanya.

“Apa sebenarnya yang kau pikirkan sekarang……..?” tanyaku kembali.

“Janji……….!” Satu kata yang dia ucapkan, membuat aku semakin bingung.

“Janji……?” aku mencoba menatap wajahnya.

“Iya, sebuah janji di masa lalu!” jawab Dian sambil memperlihatkan sebuah cincin yang tersimpan dalam kotak kecil berwarna merah.

“Sesungguhnya, aku tak ingin menceritakan ini padamu, tapi kau sudah membantuku sampai saat ini” kata Dian.

“Jika kau tak ingin, janganlah memaksa! Kataku.

“Cerita ini dimulai saat sehari sebelum dibentuknya CCP Band. Hari itu, aku berlibur bersama orang yang paling berarti dalam hidupku. Salju pertama yang kusaksikan bersamanya, tak pernah kulupa sampai sekarang. Aku yakin, dia menanggapku lebih dari apa yang aku anggapkan kepadanya. Malam yang dingin itu, aku duduk bersamanya dibawah Menara Pisa mendengar cerita dan kata-kata manisnya. Hingga suatu ketika, dia ingin aku menjadi pendamping hidupnya” Kata Dian dengan sedih sambil mengelus cincin emasnya.

“Apa kau menerimanya………..?” tanyaku.

“Aku tak mengatakan ya atau tidak!” jawabnya dengan tegas.

“Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Tanyaku kembali.

“Aku meminta sebuah permintaan kepadanya, untuk menunda ini selama dua tahun, dan aku telah berjanji untuk bertemu dengannya tepat pada hari dimalam itu, untuk memutuskan aku menerima atau menolaknya” jawab Dian.

“Kalau boleh tau, apakah hari itu besok?” tanyaku.

“Ya……….! Aku benar-benar bingung dengan semua ini!” jawabnya sambil memegang keningnya.

“Aku tau ini tak mudah……..! memilih karier dan sahabatmu atau memilih hidup yang akan kamu jalani bersamanya!” Kataku dengan prihatin.

“Saat kau kuliah musik disana, bagaimana kau bisa bertemu dengan BJ dan kawan lainnya?” tanyaku.

“Sebelum aku berangkat ke Italia, kami sudah berjanji akan membentuk sebuah Band setelah aku lulus nanti, dua tahun sangat terasa cepat!” jawab Dian.

“Aku rasa, keputusanmu yang paling baik dari orang lain……..!” kataku  sambil tersenyum. Namun, wajahnya masih tetap menunduk

“Sekarang kau ceritakan apa yang kau sembunyikan selama ini!” kata Dian.

“Baiklah,………..sebenarnya aku hampir mengatakannya kepada Echik, aku benar-benar tak tega mengatakan kepadanya………..!” kataku.

“Cerita ini, berawal dari kematian adik tiriku, saat itu aku memang berencana ingin ke Shanghai dan Amerika Serikat. Tapi kata hati berkata ingin membantu para sahabatku. Sebenarnya, saat itu orang tuaku bersikeras ingin mengajakku tinggal bersama mereka. Aku tak punya pilihan lain saat itu, selain bernegosiasi. Aku meminta perjanjian kepada orang tuaku untuk memberikanku sisa waktu untuk menjalankan misi ini. Sebagai gantinya, aku akan pergi jauh dari kalian untuk selamanya” Kataku dengan sedih. Senyuman yang kuperlihatkan hanyalah sebuah kepalsuan.

“Apa yang kau katakan itu…………..kau bercandakan? Dian mulai menatap wajahku tajam.

“Sesungguhnya, jika aku tetap ke Shanghai saat itu, tetap saja orang tuaku bersikukuh melarangku bertemu dan berhubungan dengan kalian!” Kataku.

“Tidak…………….ini tak mungkin!” Dian menggelengkan kepalanya dengan sedih.

“Aku tak dapat mengelak semua ini………….setiap malam aku berpikir, apa jadinya kalau aku tak dapat membahagiakan kalian sebelum aku pergi nanti, mungkin takkan ada diriku dalam kenangan kalian” kataku dan menunduk menahan air mata yang hendak keluar.

“Jika kau pergi nanti, CCP Band, Echik, Putri dan yang lainnya pasti akan kesepian!” kata Dian mencoba berargumen.

“Tidak…….kalian pasti bahagia tanpa aku, buktinya sebelum aku muncul dalam kehidupan kalian, tidak ada terjadi sesuatu yang buruk terhadap kalian kan? Malahan, semenjak ada diriku kalian begitu susah menjalani hidup” jawabku.

“Kau salah…………….semenjak kita bersama, hidupku semakin bergairah. Tiap hari bertemu sahabat, tertawa bersama, sedih bersama, susah bersama, mungkin itu adalah sebuah mimpi yang susah kita wujudkan. Jika kami tak bisa bertemu dan berhubungan denganmu lagi, kehidupan kami akan kembali seperti dulu. Membosankan, kesepian, dan tak ada lagi petualangan” Dian menepuk pundakku.

“Aku baru tau, seperti apa aku dimatamu, tapi apakah yang lain merasakan hal yang sama sepertimu?” tanyaku.

“Sangat jarang sekali ada orang yang dapat mempengaruhi hidupku seperti ini, pasti orang lain juga beranggapan kalau kau mempengaruhi hidup seseorang menjadi lebih baik!” jawab Dian dengan penuh kepastian.

Air mataku menetes perlahan. Aku tak dapat mengeluarkan kata-kata apapun setelah mendengar kata demi kata yang diucapkan oleh Dian. Malam itu pun, aku melepas jaketku dan memberikannya kepada Dian. Saat itu, Dian tak mengenakan jaket, hanya baju kemeja tipis yang ia kenakan. Bibir dan kulitnya tampak pucat pasi.

“Ambilah ini, kau membutuhkannya..........Aku harus pergi sekarang, bus mu akan segera tiba. Jalanilah hidupmu sekarang dan wujudkanlah mimpi barumu setelah kau mengambil keputusan yang paling besar dalam hidupmu!”

“Ming……………..!
Dian menarik tanganku.

“Jika kau memang akan pergi setelah hari itu tiba, berjanjilan untuk menyelesaikan misi ini dengan sukses!” ucapnya dan memberikanku senyumannya. Aku mengangguk dan membalas senyumannya. Dengan langkah perlahan aku meninggalkan Dian di malam itu.

“Ming,……!” teriak Dian.

“Apa lagi……?” tanyaku dan menoleh ke arahnya.

“Terima kasih……!” jawab Dian dengan lembut. Aku pun kembali tersenyum kepadanya.

Malam itu pun, aku menuju kerumah bersama hembusan angin malam yang begitu bersahabat. Rasa dingin tak begitu terasa, karena suasana hatiku lebih hangat setelah mendengar kepedulian Dian kepadaku. Aku sadar sekarang, suatu hari nanti, mimpi itu akan terwujud dengan sendirinya, karena hidup bukanlah untuk bermimpi melainkan bermimpilah untuk hidup di dunia ini.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~***~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



~~~Keesokan Harinya / Apartemen Putri 11.00 a.m.~~~

Pagi menjelang siang itu, aku kembali teringat akan catatan penyitaan aset yang kutemukan di ruang kerja Diah. Aku pun memutuskan, untuk mencari tau kebenarannya dan meminta bantuan Putri.

“Tik, sepertinya aku menemukan sesuatu yang menarik!” kataku dengan semangat.

“Apa Ming……….?” Tanya Putri heran.

“Aku mendapatkan fakta bahwa, butik Yuni disita……!” kataku.

“Apa……….? Kemarin aku ke butiknya, disana tertulis ditutup sementara!” jawab Putri.

“Tidak Tik,………aku lihat jelas di catatan penyitaan aset!” jawabku.

“Ha…………aku tak mengerti apa maksudmu!” sahut Putri menampilkan wajah yang begitu bingung.

“Sebaiknya kau ikut aku ke Dewata Elektronik sekarang!” kataku.

“Ya sudah……….aku telpon Echik dulu!” sahut Putri.


~~~~Kantin Dewata Elektronik~~~~

“Diah, apa kau sedang sibuk sekarang……….?” Tanyaku.

“Ah……..ini jam istirahat, ada apa rame-rame datang kesini? Diah balik bertanya.

“Begini, kemarin aku sempat membaca buku penyitaan aset yang aku lihat di meja kerjamu, kebetulan aku kenal nama butik yang disita itu, apa kau bisa menjelaskan alasannya?” tanyaku kembali.

“Hmm, maksudmu buku yang ini? Tanya Diah, dan mengeluarkan sebuah buku yang tersimpan didalam tasnya.

“Ya…………kenapa kau mengurus penyitaan aset seseorang?” tanyaku.

“Oh,  karena kasus terakhir berhubungan dengan bagian pemasaran, maka aku ditugaskan untuk membuatkan arsip” jawab Diah.

“Aku lihat dihalaman terakhir tertulis jelas butik Y.Tari” kataku.

“Iya………..disini memang ada penyitaan Butik Y.Tari!” jawab Diah.

“Apa kau tau mengapa butik itu disita?” tanyaku.

“Iya, aku sempat mengikuti jalan kasus ini. Lusa kemarin, bagian pemasaran mencatat bahwa ada penggelapan sejumlah dana pemasaran yang berjumlah milyaran dolar yang dilakukan wakil presdir Dewata Vaganza” jawab Diah.

“Apa………..? lalu apa hubungannya dengan butik milik Yuni? Tanya Putri heran.

“Jangan-jangan ayah Yuni…………….! Echik mulai berpikiran yang aneh-aneh.

“Hus……..tak mungkinlah ayahnya seorang koruptor! Kata Putri dengan tegas.

“Diah, kami boleh minta tolong gak untuk melihat biodata wakil presdir yang korupsi ini?” tanyaku.

“Hmm, baiklah akan kuambilkan untuk kalian………tunggu sebentar ya!” Diah bergegas pergi untuk mengambilnya.

“Tik, jika benar bahwa ayah Yuni seorang wakil presdir yang korup, apa pendapatmu?” Echik mulai berandai-andai.

“Pertanyaan bodoh…………tak mungkinlah ayah Yuni seorang koruptor!” kembali Putri menolak argumen Echik.

Tak beberapa lama kemudian,……..

“Ini dia datanya……….!” Seru Diah.

“Baiklah……….kami lihat dulu!” kataku.

Kami bertigapun membaca secara detail biodata wakil presdir ini.

“Kok bisa, alamatnya sama dengan alamatnya Yuni?” Tanyaku heran.

“Kurasa memang benar kalau wakil presdir yang korup ini ayah Yuni” Kata Echik.

“Aku masih tak percaya dengan semua ini………!” Putri sangat shock mendengar semua ini.

“Diah, apa kami boleh tau, selain penyitaan butik, apa lagi yang harus dia tanggung?” tanyaku.

“Tentu saja yang pertama adalah pemecatan. Yang kedua penyitaan seluruh aset yang ia punya. Yang ketiga adalah pengasingkan ke tempat terpencil  untuk membayar sisa hutang dengan menjadi budak seumur hidup” jawab Diah dengan pasti.

“Eh………….yang bener tuh……..biasanya kalau korup cuma dipenjara……..paling lama sih 7 tahunan keatas……..ckckckck!” Echik kembali berargumen.

“Aku juga baru tahu kalau hukumannya seperti itu! Seru Putri.

“Wew, kemana aja kalian selama ini? Ini 2020 tau!” Kata Diah dengan heran.

“Aku tau ini 2020, tapi apa yang kami lewatkan?” aku kembali bertanya.

“Ya ampun,…….gak pernah menonton berita ya?!, selama dekade terakhir, Indonesia telah tercatat sebagai negara nomor satu tingkat korupsi terbanyak di dunia, maka Presiden RI yang ke 8 mengeluarkan dekrit presiden 11 Januari 2020,  yang berisi pernyataan bahwa saat bau korupsi itu sudah tercium sampai keakar-akarnya baik itu kecil maupun besar, maka hukuman yang dijatuhkan tidak menggunakan hukum penjara melainkan akan diasingkan dan dijadikan budak seumur hidupnya……..!” sahut Diah sambil meminum secangkir teh hangat.

“Hua……………apa ada pengcualian………?”  Tanya Putri.

“Tidak, bahkan keluarga dari tersangka akan diikutsetakan agar tak terjadi pembalasan dendam nantinya!” Jawab Diah.

“Wew…………..takut aku dengernya!” seru Echik.

“Faktanya, selama presiden RI ke 8 menjabat, kasus korupsi di Indonesia berkurang hingga 95 %!” Diah mencoba berargumen.

“Ini tak mungkin…………………..ayahnya Yuni tak mungkin melakukan semua ini!” Putri terlihat masih menyangkal.

“Lalu bagaimana dengan Yuni sekarang…………menjadi budak adalah hal yang paling menakutkan yang pernah kubayangkan!” kata Echik dengan prihatin.

“Apa yang bisa kita lakukan sekarang ?………..aku sama sekali tak mengerti hukum di negeri ini!” Tanya Putri.

“Kurasa, jika kalian memang yakin kalau mantan wakil predir tidak bersalah, maka kalian harus menemukan bukti yang kuat agar kasus ini bisa diperkarakan!” kata Diah.

“Tapi bagaimana…………?” Tanya Echik.

“Aha…….kurasa temanku bisa membantu kalian! Dia sangat hebat mengatasi semua kasus korupsi, bahkan dia sangat terkenal di mancanegara karena kiprahnya di dunia hukum!” kata Diah sambil meminum the hangatnya yang hampir habis.

“Hmm,………..kalau dia sekondang itu, pasti mahal lah!” kata Putri.

“Kurasa kalian juga mengenal orang itu, tak mungkinlah dia meminta bayaran kepada kawan lamanya!” jawab Diah.

“Siapa yang kau maksud………..?” tanyaku dengan penasaran.

“Nanti aja kamu tau kok! Datang saja kerumahnya,……..ini alamatnya!” Diah menyuguhkan sebuah alamat yang tertulis dalam kertas HVS.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~****~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kami bertiga pun menuju alamat yang diberikan Diah. Selama beberapa menit kami mengendarai sepeda motor, akhirnya kami tiba di tempat tujuan.

“Kalau dilihat dari rumahnya sih, pasti ini orang kaya! Aku jadi penasaran siapa orang ini!” ujar Echik.

“Pencet belnya dong!” seru Putri.

Saat bel kupencet beberapa kali, terdengar suara hentakan kaki yang perlahan menuju pintu gerbang. Jantungku berdegup kencang saking tegangnya terhadap orang yang akan kutemui saat ini. Tak beberapa lama kemudian, wajah yang kunanti-nanti itu tiba di pintu gerbang.

“Maaf, apa anda pemilik rumah ini………?” tanyaku kepada seorang wanita cantik berkulit putih itu.

“Betul………ada apa ya?” Tanya wanita itu.

“Tunggu dulu,……….mungkinkah kau……….?! Aku mulai mengingat suatu hal.

“Eh,………sepertinya aku mengenalmu!” seru Putri.

“Iya tak salah lagi………!” kataku dengan semangat

“Kaulah orang yang dimaksud oleh Diah..! kamu YOHANA………..!” kataku.

“Hahaha iya, aku ingat sekarang. Kalian semua kan alumnus Spentriwi….!” Kau pasti Oming, Putri dan Echik! Lama sekali kita tak bertemu ya!” sahut Yohana.

“Iya…………..sudah lama sekali!” seru Echik.

“Silahkan masuk………..diluar sangat panas!” ajak Yohana.

“Baiklah……….!” Jawab kami serempak.

Aku melangkah pelan, menatap seluruh benda yang memanjakan mataku. Halaman luas bertabur semerbak bunga bermekaran membuat suasana hatiku berbunga-bunga. Kerindangan suasana membuat sejuk pikiranku. Berjalan dihamparan rumput hijau dan melintasi jalan setapak bebatuan berwarna-warni membuat pengeliatanku penuh warna.

“Waw………luas sekali halamanmu Na, pantas saja kau kondang!” kata Echik kagum.

“Hahaha…………gak juga, silahkan duduk di gazeboku, tunggu ya aku ambilkan minuman!” ujar Yohana.

“Ah…………jangan merepotkan!” kataku.

“Hahaha………!” Yohana tertawa ringan.

“Nyamannya disini……!” seru Echik..

“Duh, aku tak bisa memikirkan Yuni nih!” kata Putri yang masih cemas.

“Tenang Tik, aku yakin Yohana akan membantu!” kataku.

“Lama juga dia ya……….!” Kata Echik.

“Gimana mau cepat……….rumahnya segede istana gitu!” ujar Putri.

“Eh………..kalian lama menunggu ya?” tiba-tiba Yohana muncul tanpa sepengetahuan kami.

“Wew…………..kok cepet banget na!” seru Echik.

“Aku gak perlu ke dalam rumah lagi,………di belakang gazebo ada dapur hahaha!” ujar Yohana.

“Oh ckckckck…….kirain kamu pakek magic hahaha!” Echik tertawa geli.

“Mana ye………..! oh ya, ada apa datang kesini?” Tanya Yohana heran.

“Begini,………………”
Putri pun menceritakan semua yang terjadi.

“Hmm,………..lalu kalian mengira kalau pelaku ini tak melakukan korupsi?” Tanya Yohana.

“Iya, kami yakin sekali ayah Yuni tak mungkin melakukan hal seperti ini, pasti ada sebuah kesalahan!” kata Putri dengan khawatir.

“Begini saja dulu, kita pergi ke Dewata Elektronik, dan cari bukti yang memberatkan kalau dia melakukan korupsi!” kata Yohana.

“Baiklah…………ayo cepat!” seru Echik.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~***~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~Ruangan kerja Diah: Dewata Elektronik~~~

“Duh, maaf sekali lagi yah………aku telah mengganggu jam kerjamu! Kataku.

“Sudahlah, aku akan melayani kalian 24 jam hahaha……….aku kan masih punya anak buah!” kata Diah.

“Diah,………..apa kau masih punya data tentang penggelapan dana yang kami selidiki?” Tanya Yohana.

“Iya masih………ini dia!” Diah menyuguhkannya kepada Yohana.

Yohana membaca halaman demi halaman, dan ternyata memang benar terjadi penggelapan dana yang cukup besar.

“Kalau boleh tau, darimana kamu mendapatkan semua data-data ini? Tanya Yohana.

“Manager keuangan yang memberitauku,  dia memberikan data ini kepadaku, untuk membandingkan besar dana yang dicairkan bagian pemasaran terhadap dana yang diterima wakil presdir dari bagian keuangan sebelum diberikan kepada bagian pemasaran. Ternyata jumlah dana yang dicairkan lebih sedikit daripada dana yang diambil dari bagian keuangan. Dengan begitu wakil presdir dinyatakan melakukan tindak korupsi” jawab Diah.

“Kurasa, Oming dan yang lainnya benar……….aku menemukan sedikit kejanggalan disini. Tak biasanya, bagian keuangan menggunakan wakil presdir sebagai perantara dalam penyaluran dana dari bagian keuangan menuju bagian pemasaran” Yohana mulai mencoba menduga-duga.

“Saat itu, wakil presdir memang memberikan dana itu langsung kepadaku! Aku sedikit bingung, kenapa dia campur tangan dalam bagian keuangan” kata Diah.

“Sebaiknya, kita harus mencari dari akar……….yaitu staff bagian keuangan” kata Yohana.

“Sepertinya saat wakil presdir menyalurkan dananya kepada bagian pemasaran, aku ingat kalau bagian keuangan sangat kacau saat itu akibat krisis pasar global” kata Diah sambil menampilkan sebuah catatan.

“Atau jangan-jangan, wakil presdir menggunakan dana bukan dari bagian keuangan” Putri mencoba mengemukakan pendapatnya.

“Tak mungkin, tertulis jelas dana yang digunakan adalah dari bagian keuangan” Echik membantahnya.

“Krisis pasar global pasti sangat berdampak besar terhadap bagian keuangan, dugaanku sementara, ini adalah sebuah penjebakan yang melibatkan orang dalam” kata Yohana.

“Jika benar seseorang telah menjebak wakil presdir, bukti bahwa saat itu sedang terjadi krisis pasar global belum cukup kuat untuk memenangkan kasus ini” kataku.

“Jika memang wakil presdir menggunakan dana dari luar bagian keuangan, pasti bukti itu sudah dilenyapkan!” seru Putri.

“Lalu sekarang kita bagaimana…………?” Tanya Echik dengan bingungnya.

“Kasus ini memang dibuat sedemikian rupa agar kita tak bisa membongkar semua ini!” kata Yohana.

“Bagaimana dengan sekretaris mantan wakil presdir…..! Dia pasti tau tentang jurnal kegiatannya” seru Putri.

“Benar juga…………..Diah, bisakah kau mengajak sekretarisnya ke ruanganmu?” Tanya Yohana.

“Bisa-bisa, dia adalah teman baikku disini……..serahkan saja padaku! Tunggu ya!” Diah bergegas pergi.

*Beberapa menit Kemudian*

“Mbak, bisa kami lihat jurnal yang digunakan mantan wakil presdir dihari-hari terakhirnya sebelum dieksekusi?” Tanya Diah kepada sekretaris mantan wakil presdir yang sudah duduk dihadapan kami.

“Iya,………beruntung aku masih menyimpannya! Wakil presdir memang menagatakan untuk menyembunyikan jurnal ini agar penjebakan yang ditujukan kepadanya bisa terungkap” kata sekretaris mantan wakil presdir.

Kami pun kembali membaca jurnal itu dengan teliti.

“Ada yang aneh…………! Sebelum dia menyalurkan dana ke bagian pemasaran, dia makan siang dengan Presiden Direktur” kata Yohana.

“Anehnya lagi……..beberapa hari sebelumnya, dia tak ada pergi kebagian keuangan atau tempat lainnya! Dia hanya menghadiri meeting dibeberapa cabang” kataku.

“Berarti…………yang menjebak wakil presdir adalah………PRESIDEN DIREKTUR!” teriak Echik dengan histeris.

“Ssstt…….jangan keras-keras!” Seru Putri.

“Sebaiknya kita memastikannya setelah membaca jurnal Presiden Direktur!” kata Yohana.

“Tapi, aku tak berteman baik dengan sekretaris presdir, dia memang orang yang pintar menjaga rahasia bosnya!” jawab Diah.

“Kalau kita bisa, membaca jurnal presdir semua bukti pasti akan tertuju padanya” kata Putri.

“Mungkinkah jurnal presdir telah diubah-ubah, agar buktinya lenyap…………….? Echik mencoba berpikir analistis.

“Entahlah….tapi dicoba saja!” kata Yohana.

“Lalu……….apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan jurnal presdir?” Tanya Putri.

“Biasanya jurnal dipegang oleh sekretaris, bagaimana kalau kita memancing sekretaris presdir untuk meninggalkan jurnal di ruangan kerjanya!” kata Diah.

“Kenapa tidak langsung ditaruh di ruangannya Diah aja………..?” Tanya Echik.

“Nanti sekretaris presdir curiga……..!” seru Diah.

“Benar juga,……….tapi tiap hari presdir ada di ruangannya kan?” Tanya Echik.

“Tidak juga,………jam siang dia selalu memantau kinerja pegawainya! Ini kesempatan kita untuk memasuki ruangannya!” sahut Diah.

“Tapi ruangannya pasti terkunci……..!” kataku.

“Iya…….benar juga hiks!” Putri mulai kebingungan.

“Aha……….aku ada ide!” seru Echik.

“Cepat telpon Yulia kesini, suruh dia bawa sekrip rambut!” ujar Echik.

“Hahahaha iya, aku sampai lupa kalau dia jago buka pintu pakek sekrip!” jawab Putri.

*30 menit kemudian*

“Duh……..ada apa nih………? Lagi seru-serunya bobo siang malah diganggu!” kata Yulia sambil menguap.

“Nanti aja ceritanya,…….tugasmu hanya membuka pintu dengan sekrip!” ujar Echik.

“Iya iya aku tau!” sahut Yulia.

“Nah,……..sekarang bagaimana caranya untuk mengelabui sekretaris!” Tanya Yohana.

“Bagaimana kalau buat memo palsu untuk menaruh jurnal di ruangan kerja presdir!” kata sekretaris mantan wakil presdir (ayah Yuni).

“Baiklah……….cepat kau buat, pastikan kalau sekretaris presdir menerimanya! Kami akan stand by di depan ruangan kerjanya! Sms aja ke nomor ini ya! Seru Diah.

“Baiklah,…percayakan padaku!” jawab sekretaris itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~***~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

*Tak beberapa lama kemudian*

“Eh, aku sudah di sms….sekretaris presdir pasti sudah berada di ruangan presdir! Seru Diah.

Kami pun beramai-ramai datang ke depan ruang kerja presdir. Sesampainya di lobi, terlihat beberapa satpam sedang berjaga-jaga. Sambil menunggu sekretaris presdir keluar dari ruangan, kami duduk di kursi lobi dan berpura-pura berbincang tetang bisnis agar satpam tidak curiga.


“Duh, bagaimana cara agar satpam ini pergi dari sini ya?” bisik Putri.

“Ah……aku ada ide!” seru Yulia

:”Apa…..apa?”

“Begini,…………………
Yulia pun menyampaikan idenya.

“Bagaimana kalau yang pergi hanya setengah?” tanyaku.

“Ah………nanti kita pikirkan lagi, yang jelas kita coba saja dulu!” seru Yulia.

“Eh eh,…….lihat sekretaris presdir sudah keluar dari ruangan presdir….!” Bisik Putri.

“Permisi,……ada perlu apa datang kesini? Tanya sekretaris presdir yang itba-tiba menghampiri kami

“Ah……..tidak, kami hanya client hehe!” kataku dengan menampilkan akting yang sopan.

“Tapi kenapa anda mengenakan celana jeans?” Tanya sekretaris presdir.

“A………………….” aku susah untuk berkata-kata.

“Ah………tadi habis datang dari arena hiburan, mendadak datang kesini ada keperluan penting he he he!” Echik menyambung perkataanku yang macet.

“Aneh………..!” Sekeretaris itu pun meninggalkan kami dengan sedikit kebingungan.

“Huh………untunglah! Sepertinya sekarang saatnya kita beraksi!” seru Yulia.

“Hahaha ia……..!” sahut Putri.

“Siapkan akting kalian,………harus histeris dan kaget! Kataku.

“Oke oke!”

“Siap,…….satu,………………….dua,………….tiga,…………………teriak sekarang!!!”

“KEBAKARAN DI BAWAH………..! KEBAKARAN………..! ADA PERAMPOK JUGA…………!

“PAK SATPAM CEPAT TOLONG MEREKA!” SATPAM DIBAWAH SEMUANYA DICULIK DAN TEPAR BAGAIKAN CACING KEPANASAN!”

“Hus, apa yang kau bilang itu!” kata satpam dengan bingungnya.

“BENAR PAK! CEPAT KE BAWAH! ADA ORANG YANG BAWA PISAU PRAMUKA BERUKURAN JUMBO!” Dengan akting yang seadanya, kami mengobrak-abrik seisi lobi seakan terjadi kepanikan..

“APA…….?………AKU TAKUT!”

“AKU JUGA TAKUT!
Si satpam terlihat ketakutan.

“Eh, SATPAM KOK TAKUT” ujar Echik.

“Nanti kalau kalian kabur, mau kami laporin gak? Supaya kalian DIPECAT …HA?” teriak Diah.

“DIPECAT !!!!!!…………” teriak Putri, menampilkan wajah marah dengan mata melotot yang menjadi ciri khasnya.

“AAAAAA TIDAK, BAIKLAH KAMI KEBAWAH!” teriak satpam itu, dan bergegas menuju ke bawah dengan langkah segesit kelinci.

“Hihihi, dia ketipu, cepat-cepat……buka pintunya Yul!” seru Putri.

“Iya,…..Ini lagi berusaha!” seru Yulia sambil mengutak-atik lubang kunci dengan sekripnya.

“Tik, tadi aktingmu keren banget hahahaha!” aku tertawa geli.

“Hahaha,……..ini sudah jadi kebiasaan sehari-hariku!” kata Putri sambil tertawa geli.

*Ceklek*

“Yiha, berhasil,……….cepat masuk, sebelum ketahuan!” seru Yulia. Dengan langkah yang cepat, kami pun memasuki ruangan presdir!”

“Yulia dan Echik sebaiknya menahan pintu! Agar tetap terlihat terkunci dari luar!” kataku.

“Oke…..!” jawab mereka serempak.

“Biar aku yang ambil jurnalnya!” kata Diah.

“Yang lainnya bisa mencari data yang memang mencurigakan….Bagaimana, setuju?” tanyaku.

“Yups,………..ayo cepat!” teriak Yohana

“Aha………..ini dia jurnalnya!” seru Diah.

“Cepat kamu masukan ke tas,……ayo buruan yang lainnya cari data yang mencurigakan lagi!” kataku.

Kami pun kembali mencari data-data yang menurut kami mencurigakan. Buku-buku yang berada di meja, dengan cepat aku mencari berkas yang aneh. Tak beberapa lama, Diah menemukan sebuah kertas yang terselip di buku pribadi presdir.

“Friend, aku menemukan sesuatu yang aneh!” ujar Yohana.

“Apa……….?” Tanya Diah.

“Ini adalah catatan keuangan dengan menggunakan tanggal disaat krisis di bagian keuangan!” sahut Yohana.

“Bisa jadi itu petunjuk yang bagus, cepat kau simpan!” kataku.

“Iya……!” jawabnya.

“Ssst………!” Bisik Echik.

“Ada apa Chik?” Tanya Putri.

“O ow…………celaka kita semua!” jantungku kembali berdetak kencang.

Terlihat, gagang pintu bergerak-gerak seolah ada orang yang akan masuk ke ruangan ini. Keringat dingin mulai mengucur deras. Jika orang itu berhasil masuk ke ruangan ini, mimpiku akan berakhir di tempat yang tak aku inginkan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~***~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Apakah kami akan tertangkap? Tunggu ya hehehe!

BERSAMBUNG KE “MY LIFE IS DREAM BAB XII ( Menjadi Detektif Bagian 2 )”
Blog, Updated at: 9:14 PM

3 komentar:

1 Komentar anda sangat berarti bagi kami. Karena komentar andalah yang menjadi semangat bagi kami.

Anda bebas berkomentar, asal jangan mencantumkan link hidup pada komentar. Bagi yang mencantumkan link hidup pada komentar, dengan berat hati komentar anda akan segera kami hapus.