My Life Is Dream : BAB VI ( Rahasia Rumah Tua / The Secret House )

Posted By Dewa Wijaya on Wednesday, February 27, 2013 | 6:29 PM


Entah, apa kalian bisa menikmati cerita ini, yang jelas aku membuat cerita ini hanya dalam waktu semalam!
Jika ada kesalahan penulisan maupun ketidaksinambungan cerita, mohon dimaafkan!

Hari ini, merupakan hari kedua bagi kami untuk menyelesaikan misi penting ini. Setiap malam, aku selalu berpikir strategi apa yang harus dilakukan dalam misi ini. Pusing tujuh keliling hanya mencari seorang anak yang malang diluar sana.

Pagi itu, aku mencoba menelpon Putri untuk menanyakan idenya.

"Halo.........!

"Halo, kenapa Ming?" tanya Putri

"Apa kau sudah mendapatkan ide? atau mungkin Dian dan yang lainnya sudah memberimu ide?” tanyaku.

"Belum, tadi Dian meminta datang ke markas ,  untuk membicarakan strategi yang paling efektif, dan kali ini takkan ada rujak, hahahaha! seru Putri.

"Apa kau sudah diberi tahu Echik, kalau Yuni dan Yulia ikut dalam misi kita? tanyaku

"Ha..... Yang benar? Yuni dan Yulia teman SMP kan? tanyanya.

"Iya Tik, kapan kita kumpul di markas?" tanyaku.

"Jam 9 ming, aku akan kabari Echik segera!" jawabnya

"Jangan lupa meminta Echik untuk memberi kabar Yuni dan Yulia!" kataku

"Iya.....!" jawab Utik. 

~~~Markas CCP~~~

"Yuni........Yulia...........apa itu kalian?" tanya Dian yang terkejut melihat mereka bersama Echik di depan pintu gerbang.

Yuni dan Yulia hanya tersenyum simpul.

"Iya, kini mereka bergabung dalam misi kita!" seru Echik.

"Waw syukurlah, ayo masuk, Putri dan yang lainnya menunggu di dalam!"

Yuni dan Yulia  menyusuri markas CCP untuk pertama kalinya. Mereka begitu kagum melihat kemegahan dari setiap sudut rumah.

"Dian...CCP itu band kalian ya? tanya Yulia.

"Iya,....darimana kamu tau? tanya Dian.

"Echik yang memberi tau!" jawabnya.

"Oh,.....!" Jawab Dian yang hendak membuka pintu depan.

Sekali lagi, Yuni dan Yulia terkagum-kagum melihat markas CCP seperti melihat keajaiban dunia.

"Yuni.........Yulia......!" Putri berteriak dengan senangnya.

"Utik........aku rindu kamu!"  Yuni bergegas menghampiri Putri.

"Putri, kamu semakin seksi saja ya hahaha......!" kata Yulia dan memeluk Putri dengan senangnya.

"Ya sudah, kurasa nostalgianya sudah cukup, kita harus segera menyelesaikan misi ini!" kata BJ yang sebelumnya membersihkan guci emas bertabur berlian.

"Ayo kita duduk disini saja,.....!" kata Gus de dengan ramahnya dan mempersilahkan kami duduk di kursi sofa.

"Nah, sekarang kita harus berpikir ekstra....!" seru Dian.

"Tunggu, secangkir teh pasti membuat pikiran fresh...!" seru WS yang sebelumnya membuat teh di dapur.

"Ah, apa teh ini ada racunnya?" pikiranku menjadi parno.

"Wah, buatanku seratus persen murni!" WS tersenyum gembira.

"Sudahlah, kita harus pikirkan yang berhubungan dengan Riza!" Seru Echik yang hari ini tampil penuh keceriaan.

"Apa ya?" tanya Wahma dengan bingungnya.

"Bagaimana dengan orang terdekat Riza?" tanya Yulia.

"Walau aku ada hubungan saudara dengannya, tapi aku tak tau sesuatu yang terjadi padanya belakangan ini!" jawab Echik

"Yulia ada benarnya juga, kalau Echik dan keluarga Riza tak tau jelas kejadian itu, mungkin saja ada orang ketiga di balik kasus ini?" jawabku sambil meminum secangkir teh manis yang begitu hangat.

"Siapa ya?" tanya Wahma yang tak dapat menahan kebingungannya.

"Apa kalian ingat, semasa SMP dulu siapa saja teman baiknya Riza?" tanya BJ.

"Bagaimana dengan Dayu?" tanya Dian.

"Kurasa setelah tamat SMA, Dayu kuliah di Jawa selama 5 tahun dan menetap disana!" jawab Yuni.

"Dari mana kamu tau Yun? tanya Putri dengan herannya.

"Kemarin, Ibunya mampir ke butikku dan menceritakan tentang keadaan Dayu!" Jawab Yuni.

"Wah, Yuni punya butik, kapan-kapan aku main kesana ya! gratis pastinya dong haha!" kata Putri dnegan senangnya.

"Sip deh Tik, tapi jangan banyak-banyak ya, nanti aku bangkrut haha!" sahut Yuni.

"Hmm, apa kalian tidak merasa ada yang kelupaan?" tanyaku.

"Apaan, sandal jepitkah?" tanya Wahma sambil menunjukan sandal jepit yang masih iya kenakan di dalam ruang tamu.

"Ah Wahma wahma, bukanlah, bagaimana dengan Yena?" tanyaku.

"OMG, iya aku lupa, memang sih selama ini aku tak pernah mendengar kabar Riza dan Yena!" jawab Echik sambil mengetuk keningnya.

"Itu saja belum dapat membuktikan kalau Yena adalah orang ketiga, perbandingannya masih fifty-fifty!" Jawabku.

"Hanya ada satu cara untuk membuktikannya....!" seru Yulia.

"Apaan?" tanya Dian.

"Ya sudah pastilah, ke TKP!" jawab Yulia sambil memainkan alis matanya.

"Apa ada kemungkinan yang lain?" tanya WS.

"Kurasa......tidak!" jawab kami serempak.

"Baiklah, karena tak ada target lain, ayo kita bergegas ke rumah Yena sebelum senja!" kataku.

"Ayo, kurasa kakakku bisa menunjukan jalan kerumahnya!" Seru Echik.

Kami semua bergegas menuju kediaman Echik di Padang Tawang. Walaupun aku belum pernah kerumah Echik sebelumnya, aku selalu dapat membayangkannya selama perjalan menuju ke Padang Tawang. Mobil BMW yang dikendarai WS kembali kami tumpangi. Yuni dan Yulia yang sebelumnya belum pernah melihat mobil ini, semakin kagum akan ketenaran CCP Band.

"Aw, aku tak suka AC mobil!" Seru Yuni saat Wahma menyalakan AC.

"Ow, baiklah aku matikan! Gus, buka jendelanya!" suruh Wahma sambil mematikan AC mobil mereka.

"Apaan itu ming?" tanya Putri sambil memperhatikanku menulis pada sebuah kertas HVS.

"Aku sedang menyusun kolom untuk membuat tabel petunjuk!" kataku.

"Wah, kalau seperti ini kita seperti detektif saja!" seru Yuni.

"Bukan, lebih tepatnya reality show pencarian orang hilang hahaha!" sahut  BJ sambil memakan biskuit.

~~~~Rumah Echik~~~

Saat tiba dirumah Echik, aku semakin salut akan perjuangan sang bintang klasik itu. Rumah besar bagaikan istana bukanlah sebuah mimpi belaka. Kawasan depan dihiasi taman bunga indah menghangatkan suasana hari ini. Mobil BMW CCP melesat cepat menuju bangunan utama dari 3 bangunan yang berdiri kokoh didalam areal lahan seluas 3,5 Hektar. Disamping taman terdapat sebuah labirin hijau dengan bagian tengah penuh misteri.

"Chik, bagian tengah labirin rumahmu, terdapat apa ya?" tanyaku

"Sudah bertahun-tahun aku tak berani masuk ke labirin itu, labirin itu dibangun sekitar 3 tahun yang lalu, aku pernah tersesat, untung saja disampingku ada guntingan rumput haha!" jawab Echik.

"Apa bagian yang berlubang masih bisa ingat tempatnya??" tanyaku.

"Entahlah, kurasa rumput itu cepat tumbuh! memangnya ada apa menanyakan hal itu" tanya Echik.

"Ah tak apa!" jawabku.

"Nah........sudah sampai nih, turun……!" Seru WS.

Kami semua turun dari mobil menuju bangunan utama. Relief Bali masih kental dalam penyusunan bangunan ini. Aku belum dapat melihat dua bangunan lain. Sungguh disayangkan pergi ke rumah Echik hanya untuk menanyakan lokasi rumah Yena. Padahal, aku masih ingin mengetahui rumah Echik lebih jauh.

Di depan pintu , terlihat kakak Echik sedang bersiap untuk pergi. Echik segera mungkin menghampirinya.

"Mau pergi kemana?" tanya Echik

"Ke rumah teman, lagi ada urusan, kenapa chik?" tanya kakaknya Echik.

"Bisa antar kami kerumah Yena, lagian rumahnya tak jauh dari sini kan? aku lupa tempatnya! kata Echik.

"Baiklah, ayo cepat!" seru kakaknya Echik yang hendak terburu-buru mengambil motornya.

Perjalanan dilanjutkan menuju rumah Yena yang kami curigai sebagai orang ketiga. Tak beberapa lama kemudian, terlihat rumah besar tanpa pintu gerbang.

"Baiklah, sudah sampai!" kata kakak Echik.

"Terima kasih, hati-hati dijalan ya!" jawab Echik penuh senyuman.

"Baiklah Friend, saatnya kita beraksi....!" seru Dian

"Tunggu dulu, apa nanti keluarga Yena takkan terkejut melihat 10 anak sekaligus menemui mereka?" tanya Yulia dengan khawatir.

"Wah, ini bukan seperti relity show yang di TV, itu mah bohongan!" seru Gus De dan menepuk pundak Yulia

"Ya sudah, ayo kita masuk!" kata BJ yang hendak melangkah menuju pintu depan.

Perlahan kami melangkah menuju sebuah rumah besar yang begitu misterius. Tembok-tembok rumah penuh berlumuran lumut. Aliran nada perlahan membisu setiap kami menghentakan kaki selangkah demi selangkah. Tiada suara bergumam hanya alunan angin selatan yang terdengar. Aku menoleh sana menoleh sini memperhatikan setiap keadaan. Anehnya lagi, tiba-tiba terdengar suara air kran membuat jantungku berdenyut kencang.

"Friend......kok perasaanku tidak enak ya, ini beneran rumah Yena kan?" bisikku ketakutan.

"Tau ah gelap......!" seru Dian.

Dengan langkah yang begitu pelan, akhirnya kami sampai di depan pintu. Dian mencoba mengetuk pintu.

".....tok........tok........tok......"

"Halo, ada orang dirumah!" seru Dian

Tiba-tiba engsel pintu bergerak membuat pintu terbuka.

"Dian, kamu bisa sulap ya?" tanya Yuni.

"Ah, ti...tidak!" jawab Dian dengan gagap.

"Mumpung tak ada orang yang jawab, kita masuk saja, siapa tau ada petunjuk!" seru WS.

Kami kembali melangkah dengan hati-hati memasuki rumah itu.

"Eh Tik, si pemilik rumah kasihan tuh, air krannya ditutup aja yuk!" kata Yulia.

"Iya, tapi antar ya hehe!" sahut Putri dengan takutnya.

"Iya, aku juga takut banget nih!" jawab Yulia.

"Friend, kalian duluan aja!" seru Putri.

"Iya,..!" jawab Dian.

Di dalam ruangangan, keanehan kembali terjadi. Aku melihat secangkir kopi penuh yang sudah dingin. Anehnya lagi, disebelah cangkir terdapat biskuit yang berlumuran darah.

"Eh Dian, coba kamu panggil Yena lagi!"

"............Halo.....Yena..kamu dimana?.." seru Dian.

Tiada suara yang menyapa. Hanya terdengar pantulan suara Dian yang begitu jelas terdengar.

"Friend, kok aneh banget nih, rumah tak terkunci tapi tak ada seorang pun di rumah ini!" kataku.

"Sudah, gak usah itu dipikirkan, sebaiknya kita mencari kamar Yena, mungkin disana ada petunjuk!" kata Echik.

"Eh, biasanya kamar tidur ada di lantai atas, coba kita ke atas!" seru Wahma.

"Benar juga, ayo!" ajak BJ.

Di lantai atas, kami melihat sebuah kamar yang sepertinya terkunci rapat.

"BJ, dobrak pintunya dong!" seru Echik.

"Tunggu, pastikan dulu kalau itu memang terkunci!" jawab Gus De.

Saat Gus De memeriksanya, pintu kamar itu memang benar terkunci.

"Baiklah, aku dobrak sekarang...!" seru BJ.

"...........Bruakkkk.........."

"Friend, coba kalian periksa kamar ini!" kata BJ.

"Wah, sepertinya ini memang kamar Yena, buktinya ada poster SUJU ( Super Junior ) dimana-mana!" sahut Yuni.

"Wah,  poster ini mungkin 10 tahun umurnya, sekarang SUJU kan sudah tua haha!" Jawab Dian sambil memegang poster yang penuh dengan debu.

"Friend, sepertinya aku melihat sesuatu!" kataku ketika melihat sebuah benda misterius terselip dalam kertas bekas.

"Coba diambil!" kata Echik dengan penasaran.

"Waw, apakah aku menemukan petunjuk? sepertinya aku telah menemukan diary Yena!" kataku sambil memperlihatkan sampul diary dengan nama Lee Yhe'na.

"Kurasa itu petunjuk besar, tapi apa harus kita membaca semuanya?" tanya Yuni.

"Sebaiknya kita cek halaman belakang, siapa tau  diary itu dibuatnya semasa SMP!" jawab Gus De yang penuh dengan analitis.

"Baiklah, dihalaman terakhir, tertulis tanggal 05 Maret 2018, tapi bagian bawahnya tersobek" jawabku.

"Kurang lebih 2 tahun yang lalu, coba dibaca saja!" jawab Dian.

*Ini hari yang menyenangkan sekaligus menyedihkan bagiku. Aku akan hidup bahagia bersama sahabatku. Aku harap dia menyukai ini.......( bagian tersobek ) ...............*

"Perkataan Yena dalam diary ini sungguh misterius, tapi jika dipikir-pikir apa sahabat yang iya maksud itu Riza?" tanya Dian.

"Itu belum dapat membuktikan semua ini, sebaiknya kita................................

---AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!---------
tiba-tiba perkataanku terpotong oleh suara teriakan.

"Jangan-jangan itu................

"....Utik.......Yulia........apa mereka ada disini?" tanya Echik.

"Gawat, tadi mereka mau matiin kran, tapi belum kembali juga, ayo kita cepat kebawah memergoki mereka, sebaiknya diary itu dibawa saja!" Seru BJ dengan paniknya.

"Duh, mungkin gak ya mereka dikejar sama........
"Hus, jangan berpikir yang tidak-tidak" jawab Dian sambil menuruni tangga menuju lantai bawah.

Dibawah, kami melihat pria berbaju hitam menyeret Putri dan Yulia. Sungguh sayang saat kami tiba di luar rumah, pria misterius itu sudah membawa mereka kabur dengan mobilnya. Dengan langkah gesit, kami menuju ke mobil dan mencoba mengejar pria itu.

"WS, ngebut sedikit, dia masih jauh didepan!" seru Wahma.

"Iya, aku sudah berusaha!" jawab WS.

"Tunggu, HP ku memiliki Kamera jauh tembus pandang, keluaran China 3 tahun yang lalu!" jawabku.

"Sudah, tak usah dijelaskan, kamu cepat gunakan saja!" kata Echik.

Mobil yang dikendarai oleh si pria berbaju hitam pun terlihat dengan kamera jauh tembus pandang. Selain tembus pandang dan dapat menangkap gambar dengan jarak ratusan meter, kamera ini dapat memberikan perhitungan terhadap jarak benda yang diamati.

"Friend, mereka masih berada 200 meter dari mobil kita, ada strategi nih?" tanyaku

"Ah, tidak ada, yang jelas kita ikuti saja mereka!" jawab Gus De.

"Jika ingin menyalipnya sebaiknya tambah kecepatan hingga 140 km/jam, apa kamu bisa?" tanyaku.

"Baiklah,  akan kucoba!" jawab WS.

Mobil BMW WS melaju kencang. Kurasa dia tak begitu buruk dalam menyetir. Beberapa menit kemudian, mobil WS berada di belakang mobil pria berbaju hitam itu.

"Baiklah, kurasa sekarang saatnya menyerempet mobil pria itu, mumpung ada mobil di belakang kita, jadi bisa disabotase!" jawabku.

"Baiklah..... bersiap-siaplah teman semua, kita serbu mereka semua!"

Dalam selang waktu mikro detik, terdengar suara gesekan ban mobil BMW WS.  WS berhasil menyerempet mobil pria itu. Si pria berbaju hitam secepat mungkin menginjak rem, dan terlihat Yuni dan Yulia disekap di dalam.

"Ayo serbu.......jangan lupa ambil tongkat baseball-nya ya!"
kami semua keluar mobil dan secepat kilat menyerbu pria misterius itu.

"Friend, tunggu-tunggu, dia mengancam!" seru Gus De.

"Gawat, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Yuni dengan paniknya.

"Aku ada ide, Yuni memecahkan kaca depan dan Echik memecahkan kaca belakang setelah aku menyinari mereka dengan laser dari HP ku, nanti Dian dan yang lainnya masuk dengan membuka kunci pintu mobil dan menyerbu mereka, Hati-hati, sebaiknya lebih dulu mengambil senjata tajam yang mereka pegang!"

"Ide bagus,…….

“aku akan menyinari mereka setelah aku hitung mundur.....3.............2...............1!"

Aku pun menyinari mereka dengan sinar laser dari HP ku. Tentu saja, pandangan mereka menjadi terganggu sehingga memudahkan Yuni dan Echik memecahkan kaca dengan tokat baseball. Dengan langkah gesit CCP Band membuka kunci pintu dan bergegas mengambil senjata tajam yang mereka pegang. Saat itu, aku mematikan sinar laser dari HP ku dan Teman-teman yang lainnya  memukul mereka dengan tongkat baseball. Hasilnya, kami semua bisa menyelamatkan Putri dan Yulia sekaligus menangkap buronan para polisi.

Begitu terkejutnya, pria misterius itu tidak hanya menyandra Putri dan Yulia. Terlihat sesosok pria dan wanita tua terdiam ketakutan. Kerumunan orang yang menyaksikan kejadian itu merasa iba dan membantu kami menyelesaikan kasus penculikan ini.

~~~Kantor Polisi~~~

"Terima kasih nak, kalian semua telah menyelamatkan kami!" jawab pria tua itu dengan penuh kebahagiaan.

"Sama-sama pak!" jawab kami serempak.

"Teman-teman, bapak itu sebenarnya ayahnya Yena!" jawab Echik.

"Loh, kenapa baru bilang di kantor polisi?" tanya Dian.

"Kurasa keadaannya tadi begitu shock, takutnya kalian banyak bertanya kepada ayahnya Yena" jawab Echik.

"Aku jadi tak mengerti, sebenarnya apa yang terjadi Tik?" tanyaku

"Begini ceritanya, saat aku mematikan kran, kami melihat seseorang menjerit minta tolong, saat kami menghampirinya, kami ikut disandra olehnya, makanya kami berteriak!" jawab Putri.

"Oh begitu, syukurlah kalian semua selamat, syukurnya lagi kita bisa bertemu dengan orang tuanya Yena!" jawabku.

"Tunggu-tunggu, kenapa rumah anda begitu mengerikan? dan kenapa tiba-tiba air kran menyala? tanya Yuni dengan bingungnya.

"Di daerah ini, listrik mati sejak tadi pagi, mungkin saja Ibu lupa menutup krannya. Kalau tentang rumah yang mengerikan, mungkin perasaan kalian saja!" jawab Ayah Yena.

"Kenapa bisa ada lumuran darah di biskuit anda?" tanya BJ

"Saat bapak hendak minum kopi, tiba-tiba diancam oleh penjahat itu dan menyayat kulit Bapak!" jawab Ayah Yena.

"Hmm, kurasa semua ini sudah jelas!" jawabku.

"Nah, sekarang pertanyaan pamungkas!" kata Dian.

"Dimana Yena sekarang? dan apa hubungan Yena dengan hilangnya Riza?" tanya Dian dengan penasaran.

"Kalau tentang itu, bapak ingat saat terakhir Yena berada di Indonesia, Riza mengunjungi Yena dan pergi ke kamarnya, di kamar, bapak mendengar Riza menangis, hanya itu saja yang bapak tau!" jawabnya.

"Memangnya Yena pergi kemana?" tanya Yuni.

"Ke Korea Selatan....!" jawabnya.

"Apakah saat di bandara, bapak tidak melihat Riza sedikitpun? tanya BJ

"Bapak hanya mengantar Yena sampai di luar areal bandara!" jawabnya.

"Friend, apakah kita sudah bisa memutuskan kalau Riza ikut Yena pergi ke Korea Selatan?" tanya Echik.

"Kemungkinan itu bisa dibilang 85 persen!" jawab Gus De.

"Mengapa begitu?" tanya Yuni.

"Yena pergi ke Korsel 2 tahun yang lalu, dua tahun bukan waktu yang singkat, bisa saja Riza kembali ke Bali secara diam-diam!" jawab Gus De

"Kurasa hanya ada 1 cara untuk menyelesaikan misi ini!" kata Yulia sambil mengacungkan jari telunjuknya.

"Apaan Yul? tanya Putri

"Membagi menjadi 2 kelompok, salah satu melakukan pencarian di Bali, dan salah satu melakukan pencarian di Korsel, jikalau mereka tak ada di Korsel maupun di Bali, setidaknya nanti kalian yang berada di Korsel bisa mendapatkan informasinya dari Yena!" jawab Yulia

"Tapi apakah kita harus sejauh itu melangkah?" tanya BJ dengan bingungnya.

"Ya sudah, sebaiknya besok saja pikirkan, kita masih punya waktu 5 hari" kata Echik.

"Baiklah, kurasa ini sudah sore, sudah saatnya kamu bersiap untuk bekerja Yul!" kataku

"Ok, besok kita kumpul di markas, sebaiknya Yulia besok istirahat saja, kasian tenagamu!" kata Dian.

"Ah, tak usah khawatirkan aku, ini semua sudah menjadi tanggung jawabku!" jawab Yulia dengan senangnya.

"2 Jempol buat kamu Yul!" kata Putri dan Yuni.

"Terima kasih informasinya pak, kami permisi dulu!" kata Dian dengan senyuman.

Kami semua pun pulang dan tak lupa berpamitan dengan Ayah dan Ibunya Yena.

~~~Mobil CCP~~~

"Eh, mobil kalian tak apa kan?" tanyaku.

"Ah tidak lah, tadi itu malah seru sekali!" jawab WS.

"Kalian seru, aku yang tersiksa huhuhu!" Kata Putri yang begitu shock.

"Hahaha, yang sabar ya Tik!" sahut Echik yang sebelumnya sibuk mendengar radio.

"Ini memang pengalaman luar biasa teman, walau ini terasa susah tapi jika bersama kalian aku merasa senang!"  tambah Yuni

"Mudah-mudahan misi kita berhasil ya! Kata Yulia

"Astungkara.........! Jawab kami serempak.


/Catatan Perjalanan Hari Ini/

Lembayung senja membelah cakrawala. Menghiasi dunia yang penuh misteri. Apa yang akan terjadi besok, tak ada yang tau. Inilah dunia yang penuh rahasia. Akankah semua rahasia itu terungkap. Banyak yang mengatakan, hanya waktu yang dapat menjawab segalanya. Namun aku percaya, semasih kita bersama, semua rahasia itu akan terungkap sendiri seperti sebuah irama kehidupan yang sudah ditakdirkan kepada setiap manusia.
Blog, Updated at: 6:29 PM

0 komentar:

Post a Comment

1 Komentar anda sangat berarti bagi kami. Karena komentar andalah yang menjadi semangat bagi kami.

Anda bebas berkomentar, asal jangan mencantumkan link hidup pada komentar. Bagi yang mencantumkan link hidup pada komentar, dengan berat hati komentar anda akan segera kami hapus.