My Life is Dream : Bab IV ( Save Our Dream )
Posted By Dewa Wijaya on Tuesday, February 26, 2013 | 8:48 AM
"Pyang...."
Terdengar suara genting mengganggu tidur panjangku. Aku menyadarkan diri setelah menyenggol sebuah gelas kaca.
"Duh, pagi-pagi sudah membuat ulah" bicaraku dengan sendirinya.
"Waduh, aku lupa kalau pagi ini ada konser yang harus kuhadiri" pikirku
Aku bergegas mengambil sapu lidi yang berada di bawah kasur. Pecahan demi pecahan aku pungut dengan hati-hati. Sampai pecahan terakhir, terdengar suara Handphone berdering. Segera mungkin aku mengambilnya. Aku mendapatkan SMS dari Putri.
"Lo, bukannya aku belum memberi nomor telpon ke Putri ya?" pikirku.
*Dari Utik*
{cepat datang sekarang, agar tidak ramai}
Mendengar hal itu, tanpa basa-basi aku bersiap-siap menuju lokasi. Dengan berpakaian sederhana namun menarik untuk dilihat. Kaos biru dan celana putih panjang dihiasi motif-motif modern akan menggairahkan penampilanku.
"Mana mungkin, aku bertemu dengan temanku dengan pakaian tidur, haha" pikirku
"Bu, Pak, aku pamit keluar dulu ya" aku meminta pamit sambil mencium tangan kedua orang tuaku.
Pagi yang cerah ini, mengawali langkahku dengan pasti. Beruntung tiket konser itu menyertai denah dan nama tempatnya. Nama tempat ini pun tak begitu asing bagiku. Tapi, keadaan bisa saja berubah, mengingat sudah lama tak berada di Bali. Setidaknya, dalam perjalanan kali ini aku dapat melihat sawah yang indah dipenuhi tumbuhan padi dan jagung.
Disetiap sudut jalan terlihat tumbuhan palem yang tertata rapi. Bahkan, aku melewati taman bunga yang cukup luas menjadikan surga bagi para serangga. Turis-turis asing tak absen untuk melihat keindahan ini. Bagaimana tidak, disetiap trotoar dipenuhi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Tak disangka, setelah melakukan perjalanan 40 menit aku tiba di lokasi. Taman kota Denpasar, begitulah nama tempat ini. Parkir sepeda motor begitu penuh. Sebelum masuk ke lapangan, aku menyerahkan tiket kepada seseorang yang ramah menyejukkan pandanganku. Saat aku tiba di lapangan, kerumunan penonton memadati lapangan yang begitu luas. Panggung yang begitu jauh didepan menyulitkan pandanganku untuk melihat Dian.
"Oh tidak, mudah-mudahan aku bisa nyelip ke depan, nanti pipi bapao si Dian tidak keliatan lagi, haha" pikirku sambil menggaruk hidung.
Sedikit demi sedikit aku mencoba menyelip ke depan dengan bantuan tubuh kurusku.
"Aw...... bapak, ibu, om tante, mbak, bro permisi-permisi, anak kecil mau kedepan minggir dong!" kataku dengan gilanya kepada setiap orang yang aku lewati.
"Eh eh, nyadar dong kalau kamu bocah harusnya bisa masuk ke perut ibumu lagi tuh!" kata seseorang yang kurang kerjaan meladeni perkataanku.
"Ah, sudah-sudah kalau aku bilang permisi ya minta permisi dong, ini kan konser teman aku bang!" akupun mengajaknya bicara.
"Mau teman kek, cucu kek, buyut kek, saya tidak peduli" kata orang itu membentak.
"Duh, seberapa terkenalnya sih CCP Band, sampai punya fans kayak gini" pikirku dalam hati.
Desak-desakan penonton membuatku gelisah. Ditambah lagi, matahari yang semakin terik memancarkan cahayanya ke tubuhku.
"Belum juga mulai konsernya, udah ramai begini, ampun deh fans CCP Band menggila sekali.
Teriak kerumunan mulai membuatku pusing. Perjuangan selip menyelip sudah mencapai setengah jalan. Panggung megah sudah mulai terlihat jelas dalam pandanganku. Terlihat, CCP Band hendak memulai konsernya. Benar dugaanku, alunan merdu gitar oleh WS dan BJ mengawali lagu pop rock yang dibawakan oleh mereka. Sambil menyelip menuju ke depan, terdengar suara lembut dengan power yang kuat oleh Dian sang vokalis. Detakan suara drum oleh Wahma membangkitkan semangatku untuk menyelip dan terus menyelip. Aliran suara bass oleh Gus De membuat CCP band terlihat keren dimataku.
Setelah perjuangan yang cukup berat, akhirnya aku sampai didepan panggung. Walau membuat ratusan orang marah-marah, tapi ini semua demi para sahabatku. Terlihat Putri yang sedang bersemangat menyaksikan penampilan CCP Band.
"Utik...." teriakku.
"Hey........., kemana aja sih baru keliatan, sudah dari tadi aku menunggu!" seru Putri.yang melambaikan tangannya kepadaku.
"Biasa lah, eh kamu datang sendirian?" tanyaku
"Begitulah, eh tadi Dian SMS aku, nanti kita disuruh ketemu di belakang panggung!" seru Putri.
"Ok, kita nikmati saja dulu hiburan ini" kataku sambil melihat penampilan CCP Band yang menampilkan musik dance sebagai single ke-2 nya.
Dengan wajah yang penasaran, aku mencoba meneriaki dan menyemangati CCP Band.
"CCP Band, Dian....,WS....,BJ,.....Wahma,....Gus De....Semangat ya........!"
CCP Band tak menoleh kepadaku. Padahal, jarak aku dan mereka hanya beberapa meter dari panggung.
"Huh, apa mereka sesombong itu ya" pikirku.dengan risaunya.
*Sebelum kami memulai singel ke 2 ini, kami berterima kasih kepada teman SMP kami Utik, Oming dan teman-teman lain yang hadir di konser ini. Saranghae untuk semua fans CCP yang menyaksikan penampilan kami*
Begitulah perkataan Dian sang vokalis.
Aku yang mendengar perkataannya itu sungguh terharu, ternyata mereka masih ingat dengan semua sahabatnya dan menyiapkan kejutan yang luar biasa ini.
Setelah beberapa jam berdesak-desakan dengan kerumunan yang begitu menggila, akhirnya konser megah itu pun berakhir. Rasa lelah terbayar lunas dengan hiburan yang ditampilkan oleh CCP Band.
"Ming, sebaiknya kita segera ke belakang panggung!" kata Putri.
Aku bergegas bersama Putri ke belakang panggung. Keremunan orang masih terlihat ramai meminta tanda tangan para personil CCP Band.
"Dian..." teriak Putri
"Hey...." sahut Dian yang melambaikan tangannya
"Sepertinya kalian masih sibuk ya?" kataku
"Begitulah, sebaiknya kalian segera masuk mobil kami, karena ada sesuatu yang penting harus disampaikan" kata Wahyu Suratanaya yang kerap disapa WS.
"Mobil yang mana?" tanya Putri.
"Pak manager, tolong antarkan mereka ke mobil!" seru Bhujangga yang kerap di sapa BJ.
Aku dan Putri bergegas menuju mobil CCP Band. Saat aku melihat mobil mereka, terkagum-kagum perasaanku akan kerja keras mereka selama ini. Mobil BMW keluaran terbaru dengan body yang modern berwarna hitam legam. Kaca yang mengkilat dan keadaan dalam mobil yang modern memanjakan mataku.
"Terima kasih pak, telah mengantarkan kami" kataku.dengan penuh senyuman
"Iya...sama-sama!" jawabnya
"Tik, dari mana kamu tahu nomor HP ku? tanyaku kepada Putri dengan penasaran.
"Oh itu, aku tak sengaja liat kartu namamu, jadi aku bisa tau nomor HP mu hehe" jawab Putri
"Wah Tik, lihat tuh ada TV, nonton yuk hehehe" kataku dengan girangnya.
"Ah dasar manusia chocho chips, TV orang tuh, awas lo kalau dipencet-pencet" jawabnya
"Iya iya Miss Ribet, santai dong" kataku
Sungguh kenangan yang tak terlupakan. Manusia chocho chips adalah sebutan lain namaku. Itu disebabkan oleh wajahku yang dipenuhi tahi lalat. Miss ribet merupakan panggilan lain Putri. Itu dapat dilihat dari tingkahnya yang super ribet.
"Hei, sudah lama menunggu?" tanya Gus De yang hendak masuk ke mobil bersama personil CCP yang lain.
"Ah aniyo, eh tidak maksudku hehe!" kataku
"Mulai lagi nih demam korea si Oming" kata Dian
Selama dalam perjalanan, kami berbagi cerita maupun pengalaman yang telah dilalui selama ini.
"Eh ya, tadi sesuatu penting apa yang kalian mau omongin?" tanya Putri.
"Ah, kami ada tiket pertunjukan musik klasik" kata Dian.sambil menunjukkannya kepada aku dan Putri.
"Hmm, tiket itu untuk kami berdua?" tanyaku.
"Yups, betul banget sob" jawab Wahma.
"Tumben kalian doyan yang begituan, biasanya rock atau dance gitu? tanya Putri.
"Aku dapet tiket ini dari mamaku, katanya ini sebagai hadiah keberhasilanku" kata Dian
"Memangnya penyanyinya siapa?" tanyaku yang hendak mengelap kaca mata.
"Kurang tau juga sih, yang jelas mama mengharapkan aku menonton bersama teman-teman" kata Dian.
"Bolehlah, sini tiketnya!" seru Putri.
"Ini Tik!, pertunjukannya mulai nanti malam" kata Dian sambil menyalakan TV mewah yang ada di dalam mobil CCP band.
"Eh bro, sis kok rasanya aku ada yang lupa gitu ya?" tanyaku.
"Apaan?" tanya Gus De yang sibuk memakan kripik.
"Oh No! aku lupa kalau tadi aku kesini mengendarai motor!" kataku sambil mengetuk kening.
"Tuh kan, gak tua gak muda, koming memang pikun, ingat gak sob, waktu sepedanya ketinggalan di sekolah?!" tambah BJ sambil memukul punggungku.
"Duh, sekarang bukan saatnya bernostalgia, eh Tik tadi kesini naik apa?" tanyaku.
"Dianter sama Bapak!" jawab Putri.
"Mampus deh, aku turun disini saja cari taxi, nanti malam kita ketemu lagi, oh ya Dian sini tiketnya!" kataku dengan paniknya.
"Nih hati-hati ya!" kata Dian dengan lembut.
"Ah, ada-ada aja tu anak!" tambah WS.
Aku bergegas turun dari mobil. Dipinggir jalan menoleh kanan dan menoleh kiri mencari tumpangan. Hatiku sedikit lega saat taxi terlihat dalam pandanganku. Aku pun masuk kedalam dan putar balik menuju tempat parkir di taman kota Denpasar.
*15 menit kemudian*
"Untung sekali motorku masih ada" pikirku.
Bergegas aku pulang untuk bersiap-siap menghadiri pertunjukan musik klasik itu.
*Sore hari*
/Sweet Home/
*Kring....Kring.......Kring.......*
"Halo Tik, ada apa?" tanyaku.
"Begini, acara nanti malam agak resmi, jadi gunakan pakaian formal ya!" kata Putri.
"Sip miss ribet!" jawabku
*Tut.....tut.....tut...*
"Aku jadi penasaran, penyanyi klasiknya siapa ya?" pikirku.
Hari mulai menjelang malam, tiba saatnya bagiku untuk menuju lokasi pertunjukan. Sekali lagi tiket pertunjunkan menyertai denah. Pakaian yang begitu formal telah aku kenakan. Kemeja, celana panjang silver, jass silver, dasi kupu-kupu hitam dan sepatu hitam lengkap menjadi satu.
"Pak, boleh pinjam mobilnya?" teriakku sambil memasang sepatu.
"Iya, hati hati!" jawab Bapak.
Perjalanan malam ini begitu berbeda. Gemerlapan lampu kota menghiasi hariku. Tak tahan rasa ingin melayang di udara menyaksikan jutaan bintang menyertai penerangan malam. Dewi malam membisikkan gelora warna yang penuh harmoni. Alunan nada oleh angin malam membuat lengkapnya hari ini.
Selama 45 menit berada di dalam mobil jeep tua, terlihat gedung megah dengan kapasitas ratusan penonton. Musica Opera Balinese, begitulah nama gedung ini. Memang asing, karena baru pertama kali mendengar namanya.
Aku keluar dari mobil, terlihat Putri dan CCP sedang berada di luar areal studio.
"Sob, sudah lama menunggu?" teriakku.
"Ah, baru juga sampai disini Ming!" jawab Putri.
"Ya sudah, kita ke dalam saja!" seru Wahma.
Lampu kaca tertempel di langit-langit gedung, ratusan kursi tertampung dalam sebuah gedung dengan ketinggian 100 meter dari tanah, tiap lantai dilapisi karpet yang berfungsi sebagai peredam suara, sehingga yang terdengar jelas hanya suara si penyanyi. Begitu kagumnya diriku melihat perkembangan Bali. Seperti berada di Sidney Opera House atau Universal Studio saja.
"Trik, kok AC nya dingin sekali ya!" bisikku kepada Putri.
"Iya nih, kayak di kutub aja!" bisik Putri.
"Eh dah mau mulai nih!" bisik Dian.
Benar dugaan Dian, tak beberapa lama, terdengar alunan merdu piano yang dimainkan seorang pianis muda. Si penyanyi belum terlihat diatas panggung, yang terlihat hanya sorotan lampu kepada si pianis. Aliran nada piano yang menyejukkan hati tak dapat mengalihkan pandanganku dan pendengaranku. Kini, terdengar suara seorang soprano. Walau wajah si penyanyi belum tampak, namun suara yang begitu lembut menghangatkan suasana yang semula dingin karena AC.
"Eh, tu penyanyinya muncul" bisik Dian
"Sst, sepertinya pernah liat, tapi itu siapa ya?" bisik Putri
"We, itu kakaknya Echik!" jawab Dian.
"Ia, benar-benar!" bisik Putri.
Dalam pertengahan bagian lagu, terdengar suara soprano lain yang membuat harmoni lagu menjadi terasa.
"We, liat penyanyi yang kedua itu!" bisikku.
"Mana... mana... mana...?" bisik Dian dan Putri.
"Liat keatas.....!"bisikku
"Eh, dia terbang....!"bisik Dian
"kok mukanya memakai topeng ya, mang mau nari tuh hahah?" Bisik Putri girangnya.
"Tau ah, BJ, WS, Gusde, sama Wahma adem ayem aja tuh dari tadi" bisikku
"Halah, mereka ngorok cin..!"bisik Dian sambil menoleh ke kursi belakang melihat Wahma, Gus De, BJ dan WS sedang tertidur pulas.
"Eh eh, yang pakai topeng meluncur kebawah!" bisikku sambil menunjukknya
"Penasaran sekali aku, siapa sih dia?" bisik Putri
"Mungkin aja teman kakaknya Echik!" bisikku
"Eh dia buka topeng, 1...2...3...eh.....itu..aaa...ku...pernah liat, dia kan Linda!" bisik Dian dengan kejutnya
"Linda yang mana sih, Melinda yang cinta satu malam itu?" bisik Putri dengan bingungnya
"Bukanlah, dulu Linda satu sekolah dengan kita, harusnya sih BJ melotot liat yang kayak gini, malahan ngorok!" bisik Dian.
Kini kembali terdengar suara soprano yang ketiga membuat keharmonisan menjadi sempurna.
"We, liat ada penyanyi lagi satu,...!" bisikku.dengan kaget tak terhingga hingga tak dapat berkata lain.
"Mana.....mana........mana? bisik Dian dengan penasaran.
"Di….. di ……… di....di sampingmu Dian!" bisikku dengan terbata-bata sambil melihat sorotan lampu kepada seorang wanita yang berada di samping Dian.
"Itu kan............Echik.......Echik........Echik......!" Teriakku, Dian dan Putri dengan kagetnya.
Alunan Syahdu suara sopran Echik yang berada di dekat kami, membuat hati tenang. Echik menatap Dian, Putri dan aku penuh akan cinta dan kasih. Senyuman manisnya seakan tak bisa terlupa setelah sekian lama tak berjumpa.
"Echik, Gomawo.....!" aku berterima kasih kepada Echik yang tak dapat kuucapkan, tapi aku tanamkan didalam hatiku, karena aku yakin Echik pasti mendengarnya.
1 jam kemudian, pertunjukan pun selesai.
"Dian, hadiah mamamu kepadamu ternyata kebahagian kita semua!" kataku sambil berjalan keluar dari gedung.
"Memangnya tadi siapa yang nyanyi?" tanya BJ.
"Hahaha, siapa suruh ngorok!" seru Putri.
"Mendingan kita cari Echik saja!" seru Dian.
"Itu dia..!" tunjuk Putri.
"Echik........! teriak kami serempak.
"Hei sobat, lama tak berjumpa! apa kabar nih?" tanya Echik yang hendak mempersilahkan duduk di kursi taman luar studio.
"Baik......." jawab kami serempak.
"Aku berterima kasih sama mamamu, Dian! berkat dia kita bisa berkumpul lagi, walau hanya sejenak saja" kata Echik.
"Iya, aku mewakilinya untukmu!" jawab Dian.sambil tersenyum menampilkan pipi bapaonya.
"Teman, sebenarnya ada sesuatu yang ingin kukatakan kepada kalian semua!" kataku dengan sedihnya.
"Ada apa?" tanya Wahma.
"Apakah diantara kalian selain Putri, sudah mendengar kabarnya Riza?" tanyaku.
"Kurasa kami belum.."kata Dian.mewakili CCP Band
"8 tahun terakhir, aku sekolah musik di Paris, kurasa aku tak mendengar kabar apapun" kata Echik.
"Begini teman, 2 hari yang lalu, aku bertemu dengan Ibunya, dia bilang kalau Riza kabur dari rumah tanpa alasan yang jelas, apa kalian mau membantuku dan Putri demi kita semua? dia kan teman kita juga, kasihan keluarga mereka sob!" kataku dengan panjangnya.
"Hmm, aku belum yakin, memang sih jadwal untuk minggu ini kosong!" jawab Dian dengan bingungnya.
"Teman, ada baiknya kita membantu, setelah kita meninggal nanti, tak akan membawa harta, melainkan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan untuk membuat orang bahagialah bekal saat kita meninggal nanti, kurasa tak ada salahnya menolong Riza" Kata Echik dengan lembutnya.
"Ia, kurasa Echik benar.... sebaiknya kita membantu Riza, kurasa dengan bekerja sama seperti ini, sebelum seminggupun kita dapat menemukannya" tambah Putri.
"Ah, Sapi suka sekali cari ulah, tapi demi kebahagian kita semua, aku akan membantunya!" kata BJ.
"Bagaimana denganmu, Dian, WS, Gus De, Wahma, aku harap kalian memikirkannya baik-baik” kataku.
"Baiklah....... kami bertiga.......SETUJU....."jawab mereka serempak.
"Saya sangat berterima kasih kepada kalian semua , baiklah kurasa sudah malam, sebaiknya kita pikirkan caranya besok saja!" kataku sambil menguap.
"Bagaimana kalau menyusun strateginya di markas CCP?" usul Dian.
"Baiklah........."semua menjawab dengan serempak.
“Sampai jumpa besok…!” seru Putri.
/catatan perjalanan hari ini/
Gemerlap bintang masih menyertaiku di malam ini. Sesungguhnya aku masih percaya akan keajaiban. Dimana ada mimpi, pasti disitu ada usaha. Dan dimana ada usaha pasti disitu ada kebersamaan.
Blog, Updated at: 8:48 AM
0 komentar:
Post a Comment
1 Komentar anda sangat berarti bagi kami. Karena komentar andalah yang menjadi semangat bagi kami.
Anda bebas berkomentar, asal jangan mencantumkan link hidup pada komentar. Bagi yang mencantumkan link hidup pada komentar, dengan berat hati komentar anda akan segera kami hapus.