My Life is Dream : BAB III ( Hope on our Dream )
Posted By Dewa Wijaya on Monday, February 25, 2013 | 8:31 PM
/Keesokan harinya/
Rintikan hujan membahasi dedaunan hijau. Angin tropis
berhembus dengan kencang menerbangkan rasa sedih yang kian
menyiksa. Membuat pepohonan bergoyang menghibur sekawanan
satwa yang terdiam membisu. Aku duduk dibawah teras rumah
menyaksikan alunan nada lembut menyejukkan kalbu. Memikirkan
langkah yang harus aku tempuh selanjutnya.
"Huh, apa yang harus kulakukan saat ini?"pikirku.
Terlintas ide yang muncul tiba-tiba.
"Oh, mungkin aku akan lebih banyak menemukan petunjuk
dirumah Putri"pikirku.
Putri, mendengar namanya aku jadi ingat semasa sekolah dulu.
Pandai menari dan bergaul. Tubuhnya yang mungil mungkin
telah berubah. Senyum manisnya membuat setiap orang bahagia
melihatnya. Namun, kadangkala galak terhadap orang yang
selalu mengganggu dalam pandangannya.
Walau keadaan desa Abianbase kini berubah menjadi kota yang
megah, semoga aku bisa menemukanmu teman" harapku.
Sekali lagi, aku menelusuri jalan yang sama. Kulit tubuhku
seakan menyusut menggigil kedinginan. Mantel yang begitu
lebar menyulitkan pandanganku. Melirik sana melirik sini
mencari petunjuk tentang keberadaan Putri. Aku mencoba
bertanya kepada setiap orang yang kulewati. Hasilnya sia-sia
saja.
"Hah, benar-benar frustasi"pikirku.
Aku selalu memperhatikan bangunan di setiap sudut jalan.
Terlihat rumah makan sea food yang tak jauh dari tempat
kuberada. Dengan cepat, aku memarkirkan sepeda motorku dan
bergegas melangkah menuju rumah makan.
"Seperti pepatah mengatakan sambil menyelam minum
air"pikirku.
Aku duduk berdekatan dengan dinding kaca. Tak beberapa lama,
seseorang yang ramah menghampiriku.
"Selamat datang, anda ingin pesan apa"tanya seseorang
pelayan muda berparas Indo-China.
"Hmm, ah tidak-tidak, aku tak memesan makanan, bolehkah
memesan air putih saja?"tanyaku sambil menggosok hidung.
"Hahahaha, anda lucu juga, baiklah tunggu sebentar"kata
pelayan dengan girangnya.
Sambil menunggu pesananku, aku mencoba menghampiri orang
yang berada di sebelah tempat dudukku.
"Permisi om, apakah disini ada komplek Perumahan
Mutiara?"tanyaku.
"Oh, komplek perumahan disini sudah diubah menjadi apartemen
yang letaknya kurang lebih 100 meter dari menara
Abianbasesejak 10 tahun yang lalu"jawab seseorang laki-laki
ramah berkumis tipis.
"Hmm, ada berapa apartemen di kota ini?"tanyaku.
"Kurang lebih belasan"jawabnya.
"Oh, terima kasih informasinya om"jawabku
Hentakan kaki perlahan terdengar. Sepertinya air putih yang
kupesan sudah diantar oleh pelayan.
"Silahkan menikmati"jawab pelayan.
"Xie xie"jawabku sambil memberikan pembayaran air putih.
Si pelayan hanya tersenyum manis padaku.
"Gluk....gluk....gluk....ahh.."
Tubuhku terasa lega setelah minum air putih. Aku berpikir
sejenak mengenai perkataan pria tadi. Terlintas dalam
benakku untuk menelusuri satu persatu apartemen itu.
"Wah, pasti lama nih"pikirku
Bergegas aku menuju menara yang pernah kulihat kemarin. Tak
beberapa lama kemudian, aku melihat beberapa apartemen yang
berpijak dekat menara Abianbase. Aku turun dari motor, dan
menelusuri areal khusus pejalan kaki. Kebingungan
menyelimuti, entah harus mulai dari mana. Tanpa basa-basi
aku mencoba bertanya kepada seseorang yang berada di depan
salah satu apartemen terdekat.
"pak, Apartemen yang dibangun dari perumahan Mutiara ada
dimana ya?"tanyaku
"Oh, di depanmu"jawab seorang pria gendut memakai kacamata.
"Wah kebetulan sekali, ngomong-ngomong di apartemen ini ada
yang namanya Made Putri Anggreni?" tanyaku
"Iya bapak tau, sebulan yang lalu ia pulang dari Singapura.
"Bisa tolong antarkan saya menemuinya pak?"tanyaku
"Tentu"jawabnya
Walau belum melihat sosok seorang Putri, tapi aku begitu
bahagia karena mendengar Putri masih tinggal di Bali. Aku
memasuki apartemen modern dengan kapasitas besar. Seperti
serasa berada di Singapura. Riasan dinding-dinding bangunan
begitu kental akan warisan kebudayaan Indonesia. Dalam hati,
aku begitu bangga menjadi warga negara Indonesia. Aku
melangkah menuju lift menuju lantai 5.
"Nak, itu kediamannya Putri, tak keberatankan bapak
tinggal?"tanya bapak itu dengan lembut.
"Ah, tidak kok pak, justru saya yang sudah merepotkan bapak,
terima kasih atas bantuan bapak" kataku dengan penuh rasa
terima kasih.
Aku melangkah pelan mendekati pintu kediaman Putri.
"Ting Nong..."aku memencet bel disebelah intercom.
Tak beberapa lama, terdengar suara engsel pintu. Terlihat
sosok yang tak asing bagiku.
"Utik, long time no see" kataku dengan bahagianya.
"Waw, ini komeng ya, eh koming hihi!" kata Utik sambil
menggaruk kepala.
"Hah, udah tua bercandanya masih aja kayak kekanakan"
kataku.
"Haha, iya dong ngeksis gitu, eh silahkan masuk!" ajak Putri
Tubuhku bergertar melihat sahabat yang tak lama jumpa.
Bersamanya, aku menuju sebuah ruangan luas penuh dengan
ukiran Bali.
"Ngomong-ngomong, kamu di Singapura menari ya?" tanyaku.
"Yups, hitung-hitung nambah penghasilan" jawabnya.
"Hmm, semakin lama kamu semakin profesional saja" kataku.
"Ah, kamu bisa aja" kata Putri yang hendak mempersilahkan
aku duduk di kursi kayu dengan ukiran Bali.
"Keluargamu yang lain mana?" tanyaku
"Lagi sibuk dengan pekerjaan" jawabnya
"Oh, selain nari, kesibukan apa yang sekarang kamu jalani
Tik?" tanyaku
"Sebenarnya, belakangan ini aku ada proyek hewan, Ayahku
yang memintaku melakukannya, aku belum pernah melakukannya"
kata Putri sambil menghantarkan segelas teh untukku.
"Ah, Terima kasih Tik, tak perlu repot repot, Hmm kenapa
Ayahmu meminta kau melakukan hal itu?" tanyaku
"Belakangan ini ia sibuk dengan pekerjaan utamanya, jadi
pekerjaan tambahannya diserahkan kepadaku" jawab Putri yang
kerap disapa Utik.
"Hmm, apakah proyek hewan yang kamu maksud itu menjadi
pengasuh anjing?" tanyaku
"Heh benar, bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Utik kembali.
"Tuh, tak biasanya dalam sebuah rumah terdapat kandang
anjing selebar kamar mandi" jawabku sambil menunjuk kandang
anjing yang dipenuhi kotoran. kataku.
"Hah, aku bingung, apa yang harus kulakukan untuk merawat
mereka semua, aku tak punya pengalaman menjadi pengurus
hewan!" jawabnya.
"Tunggu, coba aku lihat dulu" kataku sambil menghampiri
kandang anjing.
"Hmm, sepertinya kebanyakan dari mereka dalam keadaan yang
tidak sehat, ini bisa disebabkan oleh pola makan anjing,
bisa karena coklat, anggur, maupun permen karet.
"Oops, beberapa hari yang lalu, aku menjatuhkan anggur di
dalam kandang, pasti karena itu" kata Putri.
"Pantas saja, lebih baik kamu bersihkan dulu kandangnya agar
si anjing lebih nyaman, saran aku sekali-kali mengajak salah
satu dari mereka keluar rumah dan lebih banyak luangkan
waktu untuk mereka karena anjing juga mahluk sosial seperti
manusia. Satu lagi, karena ini anjing peliharaan,
sekali-kali berikanlah mereka sayuran atau kacang-kacangan
agar kebutuhan asam aminonya bisa terpenuhi, selain
menghemat biaya tentunya alami kan!" begitulah saran yang
aku kemukakan kepada Putri.
"Wow, kukira kamu tak tau tentang hewan" jawab Putri
"Hah, ini belum seberapa, semua ini demi kita semua Tik"
jawabku
"Kita semua?, maksudmu apa?" tanya Putri.
"Sebenarnya, kedatanganku kesini ingin meminta bantuanmu"
kataku sambil menatap wajah Putri.
"Bantuan apa?" tanya Putri.
"Apa kau mau membantuku menyelamatkan Riza?" tanyaku
"Hmm, mengenai hal itu, aku sendiri tak begitu tau kejadian
sebelum ia kabur dari rumah" jawab Putri dengan sedih.
"Yah, benar-benar susah" jawabku.
"Tenang saja, aku masih bisa membantumu" jawab Utik
menampilkan wajah imutnya.
"Benarkah? terima kasih banyak Tik" aku tersenyum padanya.
"Oh ya, aku punya 2 tiket konser CCP Band, kamu mau satu?"
tanya Putri.
"CCP Band?, kok sepertinya pernah dengar ya!" kataku dengan
penasaran.
"CCP Band itu personilnya Dian, BJ, WS, dan Gus De, ingat
tidak?"
"Ingat dong, itu kan teman-teman yang sering jailin aku,
boleh deh Tik hehe!" kataku
"Eh eh, minumnya nanti dingin lo!" kata Utik
"Oh, iya!" kataku dan hendak meminum teh yang hampir dingin.
"Tik, sepertinya hujan sudah reda, sebaiknya aku segera
pulang!" kataku sambil menatap keluar jendela.
"Ah iya, terima kasih untuk bantuanmu hari ini ya!" kata
Putri sambil memberikan sebuah tiket konser.
"Sama-sama, sampai bertemu di konser ya, Riza pasti bisa
berkumpul dengan kita lagi! jawabku.
"Tentu, pasti aku usahakan!" kata Utik.
/catatan perjalanan hari ini/
Pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi aku tahu, perpisahan
hanyalah kata. Karena, kita akan selalu bertemu didalam hati
yang telah menyatu seperti mimpi yang berubah menjadi
kenyataan.
Blog, Updated at: 8:31 PM
wah bagus sobb ....
ReplyDeletetadi udah baca juga yang 2 & 3 nya ...
tp cukup koment nya disini aja hehe...
mampir :)
maksud ane diatas 1 & 2 :P
ReplyDeletethx bro . .
ReplyDeleteoiya, itu domain .net gratis apa bayar?